Minggu, 30 September 2007

Kebijakan Yang Harus Diambil Dalam Convention on Climate Change Ke-13 di Bali

Herdadi S.P.
13007071


Pemanasan global saat ini telah menjadi masalah yang mendunia. Efeknya sudah dirasakan secara global. Beberapa efeknya antara lain adalah suhu udara yang semakin meningkat, naiknya tinggi permukaan air laut, dan badai yang sering kita alami. Apabila ini dibiarkan terus-menerus, tentu saja nasib dunia akan terancam bahaya. Beberapa negara maju sudah menawarkan ide-ide mereka untuk mencegah pemanasan global terus berlanjut. Namun sayang, ide itu seakan-akan memojokkan negara berkembang yang dituduh sebagai perusak hutan. Padahal, justru mereka-lah penyumbang terbesar dari pemanasan global ini.
Penyebab utama dari pemanasan global adalah emisi karbon. Penyebab emisi karbon ini adalah kelistrikan, transportasi, industri, dan kependudukan. Kita pasti setuju bahwa 4 faktor tadi lebih banyak disumbang oleh negara maju daripada negara berkembang. Kerusakan hutan sekalipun tidak menyebabkan emisi karbon, walaupun hutan memiliki peran utama sebagai penyerap karbon. Jadi, apakah negara berkembang patut dituding sebagai penyebab utama? Untuk menjawab masalah global waming, dunia seakan mulai sadar bahwa mereka tidak patut saling menyalahkan, tapi mereka harus berkolaborasi. Untuk itulah diadakannya Convention on Climate Change Ke-13 di Bali, 3-14 Desember 2007 mendatang.
Menurut saya ada beberapa kesepakatan yang harus diambil dalam konferensi itu. Yang pertama mengenai hutan sebagai penyelamat bumi dari global warming. Harus dibuat kesepakatan dunia untuk membentuk sebuah badan internasional lengkap dengan peradilannya untuk menindak tegas para perusak hutan di dunia. Badan internasional ini harus memiliki kedudukan setara PBB agar disegani oleh negara-negara dunia dan wewenangnya berlaku di seluruh dunia.
Yang kedua, dibuat kesepakatan untuk menaikkan standar emisi kendaraan bermotor di seluruh dunia. Dengan menaikkan standar emisi ini, diharapkan emisi karbon di dunia akan menurun.
Yang ketiga, dunia harus membentuk sebuah badan yang bertugas untuk mengadakan riset tentang mesin berbahan bakar non-fosil. Apabila sudah ditemukan mesin dengan bahan bakar non-fosil yang memiliki efisiensi tinggi dan sudah dipakai di seluruh dunia, tentu saja emisi karbon dunia akan berkurang drastis.
Yang keempat, dibuat kesepakatan batas waktu terakhir terhadap penggunaan bahan bakar fosil. Dengan ini tentu saja dunia akan semakin terpacu untuk melakukan riset besar-besaran.
Untuk mengatasi global warming sepertinya tidak cukup mengandalkan kesepakatan dunia, tapi diri kita sendiri sebagai calon chemical engineer harus memiliki “kesepakatan-kesepakatan” di dalam diri kita. Yang paling penting adalah kita harus mengembangkan teknologi yang berorientasi pada lingkungan. Uang kita letakkan di bawah lingkungan. Dengan kesadaran seperti ini, saya yakin akan banyak permasalahan lingkungan dapat kita atasi.

Tidak ada komentar: