Senin, 01 Oktober 2007

Conference of Parties Ke-13 di Bali

Tugas Konsep Teknologi (TK10T1)

Nama : Alvin Gunawan
NIM : 13007076
Kelas : 02


Keadaan bumi kita oleh karena global warming kian hari kian mengkhawatirkan. Semakin banyak gas CO2 yang diemisikan oleh negara-negara penghuni bumi, terutama negara maju, sementara hutan sebagai faktor utama dalam penangkap gas CO2 kian hari kian sedikit jumlahnya karena rusak oleh ulah manusia. Emisi karbon sampai dengan tahun 2000-an yang meningkat hingga 6,5 milyar ton hanya dalam waktu setengah abad telah menyebabkan kenaikan suhu rata-rata dunia sekitar 0,13 derajat celcius tiap dekade. Akibat lain adalah terjadinya pencairan es di kutub yang menciutkan lautan es Artik seluas 2,7 persen per dekade, yang kemudian mengakibatkan naiknya permukaan air laut 0,5 milimeter per tahun.

Global warming begitu berbahaya bagi bumi kita, namun sayangnya baru akhir-akhir ini menjadi sorotan dunia. Global warming bukan hanya persoalan sepele yang dapat diselesaikan oleh beberapa negara saja, melainkan sebuah persoalan raksasa yang harus diselesaikan secara bersama-sama oleh seluruh penduduk dunia. Untuk itu diperlukan kolaborasi atau kerjasama yang baik, terutama kolaborasi dari negara-negara maju dengan negara-negara berkembang.

Negara maju, khususnya Amerika Serikat telah menyumbang 24 persen emisi global, diikuti Cina 14 persen, Rusia 6 persen, dan Jepang serta India 5 persen. Sayangnya mereka sebagai negara maju sekaligus sebagai pengemisi terbesar tidak mau berintrospeksi diri, beberapa dari mereka belum meratifikasi Protokol Kyoto yang isinya mengenai pemotongan emisi CO2 dari industri yang banyak membakar bahan bakar fosil pada tahun 1997 lalu, sudah berlalu sekitar 10 tahun, tetapi hingga kini belum ada ratifikasi dari mereka. Bahkan mereka menyalahkan Indonesia sebagai negara yang paling merusak hutan mengingat tingkat kebakaran hutan di Indonesia sangat tinggi, yakni 1,5 juta hektar per tahun, padahal hutan mereka (negara berkembang) saja sudah hilang dari dulu oleh pembangunan industri dan pemukiman.

Kesadaran dunia akan perlunya kolaborasi menghadapi peningkatan emisi karbon diwujudkan dalam Conference of Parties Ke-13 United Nations Framework Convention on Climate Change (COP Ke-13 UNFCCC) tanggal 3-14 Desember 2007 di Denpasar, Bali. Kesepakatan yang diambil dalam konferensi ini sebaiknya berpusat pada kolaborasi, di mana mereka negara maju membantu negara berkembang untuk meningkatkan kualitas lingkungan, dalam arti hutan tentunya karena sebagai contoh, hutan Indonesia saja sudah bisa menarik hingga satuan giga ton gas CO2 . Negara maju hendaknya menghentikan tekanan kepada negara berkembang, terutama Indonesia atas tuduhan eksploitasi hutan. Mereka seharusnya berkolaborasi dengan negara berkembang dalam penyelamatan hutan negara berkembang, mengingat hutan mereka sendiri sudah hilang dan tidak dapat diselamatkan lagi.

Negara berkembang yang mendapat pertolongan dari negara maju hendaknya tidak menyia-nyiakan pertolongan tersebut, mereka seharusnya lebih menggiatkan konservasi dan penyelamatan hutan yang ditanamkan dari warga setempat. Harapan satu-satunya ada pada hutan yang belum musnah yang kini banyak dimiliki oleh negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia.

Negara maju pun tidak hanya menolong negara berkembang saja, namun dari dalam mereka terus mengemisi CO2 . Bila demikian maka kolaborasi dalam usaha penyelamatan ini hanyalah tindakan buang-buang uang, tenaga, waktu, dan pikiran saja. Negara maju, terutama negara industri hendaknya memotng emisi CO2 mereka setidaknya 20%. Apalagi dengan adanya krisis energi, di mana cadangan bahan bakar fosil kita sudah mulai habis. Untuk itu selain mengurangi emisi CO2, didapat fungsi ganda, yakni penghematan energi.

Tidak ada komentar: