Senin, 01 Oktober 2007

Pemanasan Global, Hutan, dan Konferensi di Bali

Atyka Limiharja
13007034

Pemanasan global atau global warming adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi.
Pada tanggal 5 Juni 2007, negara-negara seluruh dunia umumnya memperingatnya sebagai Hari Lingkungan Hidup. Pemanasan global telah menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia, terutama negara yang mengalami industrialisasi dan pola konsumsi tinggi (gaya hidup konsumtif). Tidak banyak memang yang memahami dan peduli pada isu perubahan iklim. Sebab banyak yang mengatakan, memang dampak lingkungan itu biasanya terjadi secara akumulatif. Pada titik inilah masalah lingkungan sering dianggap tidak penting oleh banyak kalangan, utamanya penerima mandat kekuasaan dalam membuat kebijakan.
Perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming), pemicu utamanya adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil (bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui). Penghasil terbesarnya adalah negeri-negeri industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dan lain-lain. Ini diakibatkan oleh pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negara-negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan. Untuk negara-negara berkembang meski tidak besar, ikut juga berkontribusi dengan skenario pembangunan yang mengacu pada pertumbuhan. Memacu industrilisme dan meningkatnya pola konsumsi tentunya, meski tak setinggi negara utara. Industri penghasil karbon terbesar di negeri berkembang seperti Indonesia adalah perusahaan tambang (migas, batubara dan yang terutama berbahan baku fosil). Selain kerusakan hutan Indonesia yang tahun ini tercatat pada rekor dunia “Guinnes Record Of Book” sebagai negara tercepat yang rusak hutannya, Indonesia didaulat sebagai negara keempat pembuang emisi gas rumah kaca (greenhouse gas/ GHG) di dunia.
Untuk mengatasi masalah pemanasan global, akan diselenggarakan Conference of Parties ke-13 United Nations Framework Convention on Climate Change pada tanggal 3 – 14 Desember 2007 di Denpasar, Bali. Dalam konferensi ini, akan dibahas tentang masalah mengatasi pemanasan global yang bertumpu pada masalah rusaknya hutan yang diklaim sebagai penyebab utama pemanasan global. Negara-negara di dunia yang mempunyai lahan hutan yang banyak diharapkan dapat membantu memperlambat pemanasan global dengan menetralisasi buangan emisi karbon. Akan tetapi, permasalahan yang timbul adalah sebagian besar hutan di dunia mulai rusak sehingga perhatian dunia sekarang beralih pada hutan negara berkembang, seperti Indonesia yang dijadikan tumpuan menyerap karbon buangan negara maju.
Ada beberapa hasil yang saya inginkan dalam konferensi di Bali mendatang. Pertama, mengenai masalah tanggung jawab atas pemanasan global. Menurut saya, pemanasan global merupakan tanggung jawab seluruh dunia, bukan hanya tanggung jawab negara-negara berkembang yang memiliki lahan hutan yang besar. Negara-negara maju dapat membantu negara-negara berkembang dalam memulihkan hutan di negaranya sehinga buangan emisi karbon negara-negara maju tetap dapat dinetralisir. Kedua, mencoba mengurangi buangan emisi karbon. Diharapkan digunakan teknologi-teknologi yang ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi buangan emisi karbon. Ketiga, diharapkan setiap negara menggalang program penghijauan atau penanaman pohon. Menurut saya, hal ini dapat membantu memperlambat terjadinya pemanasan global yang lebih lanjut. Saya berharap, dari konferensi di Bali mendatang, akan timbul solusi untuk menperlambat pemanasan global yang sekarang telah menjadi masalah dunia.

Tidak ada komentar: