Senin, 01 Oktober 2007

KEPUTUSAN YANG BIJAK

DENLI

13007039

Puluhan pertemuan telah dilakukan untuk membahas masalah pemanasan global. Banyak perjanjian yang telah dibuat. Tak kurang dari sepuluh keputusan yang telah ditetapkan bersama. Organisasi-organisasi dan LSM-LSM pun bermunculan untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap masalah ini. Para cendikia, ilmuwan, dosen, dan banyak profesi lain juga banyak yang memberi argumen untuk mengatasi pemanasan global. Mahasiswa-mahasiswapun banyak yang mendapat tugas dari dosen untuk menyampaikan buah pikirannya dalam mengatasi pemanasan global. Tapi, mengapa sampai saat ini masalah pemanasan global masih tetap marak dibicarakan, bahkan gejala pemanasan global semakin lama semakin meningkat?

Pertemuan berikutnya yang akan membahas masalah pemanasan global ini dalam waktu dekat akan diadakan kembali di Bali, Indonesia. Tentu semuanya setuju bahwa ini adalah pertemuan yang kesekian kalinya. Memang tepat pertemuan ini dilakukan di Negara yang menjadi salah satu paru-paru dunia. Mungkin, orang-orang akan sedikit terbuka hatinya melihat Negara yang seharusnya begitu indah dan memberi keuntungan global ini telah mulai hancur juga. Jangan dibilang pemanasan global tidak bisa menyerang Indonesia! Justru Indonesia sangat potensial menjadi salah satu produsen panas dengan mulai maraknya kegiatan perindustrian, padatnya penggunaan kendaraan bermotor, sampai pada pembakaran hutan yang mencatat rekor Internasional ini.

Jadi apa sih keputusan yang harus para petinggi dunia itu ambil dalam pertemuan di Bali ini?

Banyak teori dan program tersusun dalam pertemuan-pertemuan membahas pemanasan global yang telah dilakukan sebelumnya. Yang menjadi tanda tanya besar adalah apakah teori yang telah disusun oleh pakar-pakar dan petinggi-petinggi puluhan negara itu telah membawa hasil yang signiftikan? Jawabannya nihil. Berbagai alternatif pemecahan masalah yang telah disusun dengan sangat apik itu tidak diaplikasikan dengan baik. Secara kasarnya, teori ada tapi praktiknya tidak ada. Bahkan yang menjadi masalah utama adalah negara-negara besar yang diharapkan bisa membawa pengaruh seperti Amerika dan yang lainnya malah tidak mau mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam perindustriannya yang notabene merupakan salah satu sumber pemanasan terbesar.

Jadi, dalam pertemuan yang akan dilangsungkan di Bali beberapa hari lagi ini, tidak diperlukan teori-teori baru dalam mengatasi pemanasan global. Percuma banyak teori namun tidak dijalankan. Yang terpenting adalah deklarasi bersama bahwa dengan penuh komitmen semua Negara yang merasa bagian dari bumi harus mengurangi minimal 50% dari sumbangan emisi-emisi panas mereka masing-masing Dengan ketentuan negara yang tidak bersedia harus dikucilkan dari pergaulan Internasional. Tampaknya tidak ada cara lain selain sedikit memaksa. Ini demi kesejahteraan kita bersama.

1 komentar:

Strawberry Land mengatakan...

aSs...
bLoG kAliAn cUkuP meMbErI iNfO bWt tUgAs KitA
kIta dArI pLanOlogI
mO tAnyA ????
meNUrut kAliaN ApA huBunGan gLobAl wArmIng dEngAn pEreNcaNaaN wIlaYaH.
BalAs SesegErA mUngKiN