Senin, 01 Oktober 2007

Solusi Global Warming

TUGAS KONSEP TEKNOLOGI
Stephanie Liana Utami Sutoko
13007024
FTI-Teknik Kimia

Saat ini global warming sedang marak dibicarakan oleh masyarakat dunia. Global warming atau pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Penyebab utama global warming adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang melepas karbondioksida serta gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Kelompok gas rumah kaca adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sampai sulfur heksafluorida (SF6). Penyumbang gas rumah kaca dengan kadar yang paling besar adalah karbondioksida. Solusi menghadapi gas rumah kaca terutama karbondioksida adalah dengan penyerapan karbondioksida yang dilakukan oleh pohon/hutan.

Indonesia dengan keadaan alamnya menjadi salah satu negara yang sangat diharapkan kontribusinya dalam menghadapi gas karbondioksida yang menjadi penyebab global warming. Wilayah hutan di Indonesia masih menjadi harapan dalam mengatasi isu pemanasan global. Tetapi dengan semakin berkembangnya industri di Indonesia, wilayah hutan menjadi terancam. Sebagian industri menggunakan sumber daya hutan dengan sifat ekploitasi secara besar-besaran, selain itu kebakaran hutan juga sering terjadi Hal ini membuat semakin sempitnya wilayah hutan Indonesia. Keadaan yang menimpa hutan di Indonesia tidak hanya berdampak pada Indonesia secara individual tetapi juga pada masyarakat dunia karena salah satu ujung tombak untuk mengatasi masalah global warming adalah wilayah hutan yang mempunyai daya serap terhadap karbondioksida sehingga dapat menyeimbangi suplai karbondioksida yang dikirim ke atmosfer bumi.

Ada empat sumber kejenuhan emisi karbon di atmosfer yaitu kelistrikan sebesar 42%, transportasi sebesar 24%, industri sebesar 20%, dan kependudukan serta penggunaan barang-barang komersial sebesar 14%. Emisi karbon sebesar 75% merupakan buangan para negara industri seperti Amerika Serikat, China, Rusia, Jepang, dan India. Negara industri tersebut telah menjadi negara yang kehilangan wilayah hutannya. Oleh sebab itu, tanggung jawab untuk menangani penyerapan karbondioksida berada di bahu para negara berkembang seperti Indonesia dengan wilayah hutannya yang masih dapat dijadikan tumpuan. Dengan banyaknya kejadian yang menimpa hutan di Indonesia seperti penebangan besar-besaran hutan, kebakaran hutan, dan berbagai cara yang menyebabkan deforestasi, Indonesia dianggap lalai menjaga kelestarian hutannya oleh para negara industri. Kerusakan hutan dianggap memperparah terjadinya emisi karbon dunia.

Untuk menurunkan laju kerusakan hutan di Indonesia, ada beberapa usaha yang dilakukan diantaranya adalah membatasi jatah produksi tebangan hutan alam dan mengurangi pemberian izin hak pengusahaan hutan. Perum Pertani menanam sekitar 121.000 hektar pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 akan dilakukan penanaman seluas 201.500 hektar untuk menjaga kelestarian hutan. Dan sebelum tahun 2010 diharapkan kawasan hutan Jawa yang dikelola Perum Perhutani akan bebas tanah kosong. Usaha yang dilakukan telah membuahkan hasil di wilayah hutan Banyuwangi.

Selain Indonesia, masyarakat dunia pun peduli dengan masalah global warming. Pada tahun 1997 dicetuskan Protokol Kyoto yang menyepakati negara ekonomi maju berkewajiban mengurangi emisi gas rumah kaca sampai angka tertentu samapi tahun 2012 serta membantu negara kehutanan untuk membiayai/melaksanakan proyek yang akan menurunkan efek gas rumah kaca. Kesadaran dunia terhadap masalah global warming akan diwujudkan kembali dalam Conference of Parties ke-13 United Nations Framework Convention on Climate Change (COP ke-13 UNFCCC) pada tanggal 3-14 Desember 2007 di Bali. Pada COP ke-13 ini, Indonesia akan menampilkan upaya perbaikan hutan yang telah dilakukan oleh Perum Perhutani di Banyuwangi dan menuntut negara maju untuk mengendurkan fokus tekanannya terhadap tanggung jawab untuk masalah hutan yang dialami Indonesia.

Pada COP ke-13 ini akan dibicarakan bagaimana masalah global warming dan yang terpenting adalah solusi untuk mengatasi global warming. Ada beberapa solusi untuk mengatasi masalah global warming yang dapat dilakukan secara global, tidak hanya dilakukan oleh negara berkembang maupun negara maju. Pertama, adanya perubahan pandangan mengenai masalah tanggung jawab dalam hal menangani global warming. Masalah ini menjadi tanggung jawab bersama seluruh masyarakat dunia, tidak membebankan pada negara kehutanan seperti Indonesia sedangkan suplai emisi karbon terbesar merupakan sumbangan dari negara maju. Kedua, menggunakan barang-barang kelistrikan dan komersial dengan efektif dan hemat energi. Dalam industri, pemakaian mesin produksi dibuat seefisien mungkin sehingga dalam jangka waktu yang sempit dapat menghasilkan jumlah produk yang banyak sehingga ada waktu dimana mesin dimatikan baik untuk perawatan maupun penghematan energi. Solusi ini tidak hanya dilakukan dalam skala industri saja, melainkan dapat diterapkan pada rumah penduduk. Contohnya mematikan barang-barang listrik yang tidak digunakan. Ketiga, menanamkan sejumlah pohon di pinggir jalan. Penanaman ini berfungsi untuk penyerapan senyawa karbon yang dikeluarkan kendaraan bermotor. Di negara-negara maju sangat sulit untuk menanam pohon dalam jumlah banyak untuk dijadikan wilayah hutan karena tidak mempunyai tanah yang kosong, semua penuh dengan pabrik-pabrik. Oleh sebab itu, penanaman pohon di pinggir jalan dapat menjadi solusi menurunkan suplai karbon dari kendaran nermotor di negara maju yang miskin wilayah hutan. Selain menyerap karbon, pohon juga berfungsi untuk membuat sejuk dan menurunkan suhu udara sehingga jalan-jalan yang penuh dengan kendaraan bermotor tidak terlalu panas dengan adanya kehadiran pohon tersebut. Keempat, semakin mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan. Sebagian besar untuk menjalankan sebuah teknologi diperlukan energi, energi ini didapat melalui pembakaran senyawa karbon seperti gas alam, minyak bumi yang memiliki energi yang besar. Semakin berkembangnya industri di dunia, maka penggunaan energi semakin besar jumlahnya. Hal ini mengakibatkan persediaan senyawa karbon semakin menipis jumlahnya dan yang paling buruk adalah meningkatnya suplai gas rumah kaca ke atmosfer bumi. Teknologi yang ramah lingkungan dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu teknologi yang tidak mengambil energi dari senyawa karbon yang sekarang jumlahnya semakin menipis dan teknologi yang tidak mengakibatkan suplai gas rumah kaca bertambah. Contoh teknologi ramah lingkungan adalah biodiesel yang merupakan perkembangan dari minyak jarak yang telah dikembangkan oleh Indonesia dan teknologi hybrid yang sangat irit untuk kendaraan bermotor. Teknologi hybrid telah dikembangkan oleh beberapa perusahaan mobil di dunia. Kelima, mengembangkan pengolahan limbah industri sehingga limbah tersebut tidak membahayakan lingkungan. Sebagian besar hasil limbah industri dapat menjadi polusi udara, air, maupun tanah. Oleh sebab itu limbah tersebut diolah sehingga dapat digunakan kembali atau jika tidak dapat digunakan kembali maka harus dilakukan pengkonversian limbah sehingga senyawa yang dibuang ke lingkungan tidak membahayakan lingkungan. Solusi-solusi tersebut diharapkan dapat mengurangi dan memperbaiki keadaan akibat global warming ini. Diharapkan juga COP ke-13 mendatang dapat menghasilkan kebijakan yang sangat solutif sehingga masalah global warming tidak semakin berlarut-larut. ***

Referensi : Kompas, 25 September 2007
: www.google.co.id

1 komentar:

Anonim mengatakan...

liana-liana...

ckckckck.... keren2...