Senin, 01 Oktober 2007

Menanggapi Conference of Parties ke-13 United Nations Framework Convention on Climate Change di Denpasar,Bali

TUGAS KONSEP TEKNOLOGI

Nama : Ivan Hadinata Rimbualam
NIM: 13007028 / Teknik Kimia


Menjelang diselenggarakannya Conference of Parties ke-13 United Nations Framework Convention on Climate Change, 3-14 Desember 2007 di Denpasar,Bali kampanye berita kerusakan hutan terus meningkat. Mengenai dampak Global Warming ini yang saya ketahui bahwa sikap Negara maju yang terus menyalahkan Negara berkembang karena dianggap lalai menjaga kelestarian paru-paru dunia yaitu hutan.

Dampak Global Warming bagi Indonesia akan semakin jelas saja , yaitu sekitar tahun 2020 tinggal 25 persen hutan di Kalimantan yang masih akan ada. Menurut gambaran satelit permukaan air laut diestimasi naik masuk daratan. Tahun 2020 sebagian Bandara Soekarno Hatta sudah mulai tergenangi air laut. Pemanasan Global juga menyebabkan pencairan es di kutub , diperkirakan jika ini tidak diatasi maka tahun 2040 Indonesia akan kehilangan lebih dari 2000 pulaunya.

Saya menemukan data-data bahwa penyebab utama terjadinya kejenuhan emisi karbon , yang menyebabkan efek rumah kaca ternyata ada empat. Satu, kelistrikan yang mempengaruhi 42 persen ;dua, gas -gas dari transportasi 24 persen ;tiga, industri 20 persen dam empat, kependudukan dan pemakaian barang-barang komersial sisanya. Keempat factor utama ini yang menyumbang bagi emisi global.

Oleh karena itu , menurut saya hal-hal penyebab utama terjadinya kejenuhan emisi karbon harus dikurangi. Contoh masalah kelistrikan, hendaknya dalam Konferensi Internasional nanti di Bali dihimbau agar masyarakat mulai menghemat penggunaan listrik, terutama di siang hari dengan tidak menyalakan lampu jika sudah terang.

Bagi masalah transportasi haruslah negara-negara mulai mencari solusi bahan bakar alternatif yang dapat dibeli dengan harga yang terjangkau dan mudah diperoleh oleh masyarakat agar masyarakat dapat menggunakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan selain itu budaya menggunakan trasportasi umum juga perlu digalakkan agar kepadatan transportasi dapat dikurangi di kota-kota besar.

Bagi masalah industri , hal ini perlu ditindak dengan serius bahwa sebuah industri harus mempunyai pengelolaan limbah baik limbah udara, padat atau cair harus memiliki pengelolaan limbah yang layak sehingga emisi limbah dapat ditekan seminimal mungkin. Penggunaan bahan bakar fosil juga perlu dicari solusinya dan dicari bahan alternatifnya.

Bagi masalah lainnya perlu dibahas pula seperti masalah kependudukan. Pemerintah harus melarang masyarakat untuk membuka lahan-lahan baru dari hutan dengan sembarangan dan penghijauan di kota harus tetap diutamakan terutama di kota-kota besar. Lahan penghijauan yang semakin sedikit perlu ditingkatkan kembali.

Negara maju seperti Amerika Serikat menyumbang banyak emisi gas karbon lewat industri-industrinya. Ditambah penggunaan bahan bakar fosil dan deforestasi hutan. Dari Indonesia sendiri Greenpeace juga memosisikan Indonesia sebagai perusak hutan nomor satu di dunia.

Skema yang mungkin dilakukan atau diusahakan untuk mengurangi emisi karbon di dunia ini adalah reforestasi – konversi lahan bukan hutan menjadi hutan kembali dengan penanaman dan sebagainya pada lahan bukan hutan yang sebelumnya adalah hutan , dan aforestasi–konversi lahan yang 50 tahun terakhir bukan hutan menjadi hutan serta mencegah dehutanisasi melalui langkah-langkah konversi hutan seperti hutan lindung.

Komitmen 12 negara yang disebut Forest 12 termasuk Indonesia harus mengajak dunia untuk bersama-sama mempromosikan pengelolaan hutan secara berkelanjutan dalam rangka perubahan iklim.Komitmen bersama ini juga harus mengusahakan agar persoalan hutan masuk ke dalam Kerangka Kerja dari PBB. Ke-12 negara tersebut sudah berencana membuat Paln of action yang sama, yaitu mengajak pentingnya keberadaan hutan hujan tropis. COP-13 ini juga merupakan momentum yang baik untuk membahas tentang pendanaan hutan yang menghambat dalam perehabilitasian hutan-hutan yang rusak.

Kerusakan lingkungan bukanlah buatan alam atau kiriman Tuhan. Kerusakan lingkungan adalah buah tangan kita sendiri. Strategi dan pendekatan pembangunan yang kita kelola gagal memenuhi tiga kriteria mendasar dalam pengelolaan ekologi yaitu pertama kita membiarkan pemanfaatan sumber daya alam terbarukan melebihi laju regenerasinya. Contohnya dengan menebang hutan-hutan dengan mengabaikan rehabilitasinya. Kedua,kita membiarkan laju penipisan sumber daya tak terbarukan sambil tak memikirkan sumber daya alternatifnya. Ketiga kita membiarkan produksi limbah yang melebihi kemampuan dari lingkungan untuk menguraikannya.

Dengan kekeliruan mendasar dan struktural yang kita pelihara dalam rentang waktu yang lama ,kita tidak dapat mencegah dampak dari global warming ini. Menurut saya ketiga hal ini sangat penting dibicarakan dan kita koreksi bersama-sama pada konferensi yang membahas perubahan iklim dunia kita yang diadakan di Bali nanti.

Tanpa atau dengan diselenggarakannya Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim di Bali tersebut ditunggu untuk menegaskan bahwa mereka tak sekadar pidato dan menghimbau saja tetapi melakukan upaya yang konkret dalam mencegah masalah Global Warming.




Tidak ada komentar: