Senin, 01 Oktober 2007

Komitmen untuk Global Warming

Budiman Santoso
13007088

Apa yang harus kita capai dalam Conference of Parties ke-13 United Nations Framework Convention on Climate Change, 3-14 Desember 2007 di Denpasar, Bali ???

Indonesia, sebagai negara dengan luas hutan terbesar ke-2 di dunia setelah Brasil, harus berusaha untuk meyakinkan negara-negara maju agar berpartisipasi dalam usaha penanggulangan pemanasan global. Apalagi dengan posisi kita sebagai tuan rumah, seharusnya kita berusaha menekan negara maju, seperti Amerika dan Australia, untuk mau menandatangani isi perjanjian Protokol Kyoto. Hal ini dikarenakan tanpa partisipasi semua negara dalam usaha penanggulangan global warming, usaha yang selama ini dilakukan akan sia-sia saja. Maka dari itu, kita harus berupaya menyadarkan dunia internasional maupun bangsa kita sendiri bahwa pengaruh dari global warming akan mengancam masa depan dunia ini jika tidak ditangani dengan serius.
Protokol Kyoto merupakan perjanjian tentang perubahan iklim yang isinya menyatakan bahwa negara-negara maju berkewajiban memberikan dananya kepada negara-negara berkembang untuk merehabilitasi hutannya yang rusak ataupun memperluas wilayah hutannya. Dengan adanya perjanjian tersebut diharapkan negara maju berkomitmen untuk melakukan upaya konkretnya. Hal ini dikarenakan sebagian besar emisi gas karbon yang menimbulkan efek gas rumah kaca berasal dari pabrik-pabrik negara maju. Selain itu, negara maju pun telah membabat hutannya demi industrialisasi pada beberapa dekade lalu. Maka dari itu, negara maju harus lebih bertanggung jawab atas adanya global warming ini.
Protokol Kyoto sendiri merupakan kesempatan besar bagi kita untuk mendapatkan dana untuk merehabilitasi hutan kita yang rusak. Dengan keterbatasan dana pemerintah, dana dari negara maju tersebut akan sangat berarti untuk kita. Selain untuk merehabilitasi hutan, kita juga dapat menggunakan dana itu untuk melakukan penyuluhan bagi masyarakat agar tidak membakar hutan, dan juga melakukan pengawasan atas pembalakan liar yang selama ini telah menghancurkan hutan kita.
Sementara itu Indonesia sendiri saat ini merupakan salah satu penghasil emisi karbon terbesar di dunia karena kebakaran hutannya yang luas. Hal ini merupakan salah satu penghambat proses pemberian dana rehabilitasi hutan. Hal ini dikarenakan dengan predikat sebagai salah satu penghasil emisi karbon terbesar, kredibilitas keseriusan penanganan hutan kita menjadi sangat tidak baik di dunia internasional. Karena itulah, kita harus memanfaatkan momentum kita sebagai tuan rumah konferensi ini untuk menunjukkan keseriusan kita dalam merehabilitasi hutan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memperbaiki koordinasi perlindungan hutan dengan melibatkan keterlibatan masyarakat sekitar, sehingga kesadaran masyarakat kita akan pentingnya hutan menjadi lebih baik.
Partisipasi Indonesia sebagai tuan rumah konferensi ini hendaknya memberikan dampak positif bagi perkembangan penanggulangan global warming, baik di negara kita maupun dunia internasional. Dampak positif tersebut terutama pada peningkatan pemahaman setiap manusia bahwa kita harus menjaga lingkungan sekitar kita sebaik-baiknya untuk kelangsungan masa depan kita.

Tidak ada komentar: