Senin, 01 Oktober 2007

Menyikapi Permasalahan Global Warming

Lukito Jaya

13007043

Teknik Kimia (FTI)


Menyikapi Permasalahan Global Warming

Kebijakan apa yang seharusnya dibahas dan akan diputuskan dalam Konferensi Perubahan Iklim di Bali?

Conference of Parties Ke-13 United Nations Framework Convention on Climate Change, 3-14 Desember 2007 akan diadakan di Denpasar, Bali. Konfrensi ini dihadiri oleh 189 negara (10000 peserta). Dalam konfrensi ini akan dibahas mengenai permasalahan global warming (pemanasan global).

Sebelumnya, kita perlu melihat factor yang menimbulkan terjadinya pemanasan global. Bila dicermati, penyebab utama terjadinya kejenuhan emisi karbon itu ternyata ada empat yaitu kelistrikan, transportasi, industri, kependudukan (serta penggunaan barang-barang komersial). Hutan yang rusak sekalipun bukan penyebab utama emisi karbon. Adapun perbandingannya adalah 75 persen untuk emisi yang ditimbulkan industri, pertambangan dan energi, serta limbah rumah tangga dan 25 persen untuk emisi global yang berasal dari masalah-masalah kehutanan.

Menurut saya, dari fakta di atas, maka perlu diambil kebijakan yang sesuai. Hal yang seharusnya dibahas dan diputuskan dalam Konfrensi tersebut seharusnya tidak hanya berpusat pada masalah kehutanan saja. Adapun hal yang harus diputuskan adalah kebijakan atau perjanjian bagi negara-negara maju untuk mengurangi emisi buangan dari kegiatan masing-masing negara. Masing-masing negara, terutama untuk negara maju harus sebisa mungkin menggunakan bahan bakar alternatif untuk mengurangi dampak dari pembakaran bahan bakar fosil. Kemudian masing-masing negara harus menggunakan kendaraan yang telah lulus tes emisi, sehingga dampak dari pembuangan emisi dapat diminimalisir. Pada prinsipnya, semua negara terutama negara maju harus menggunakan sistem produksi ramah lingkungan.

Sedangkan untuk masalah kehutanan, hal yang harus dibahas adalah mengenai kebakaran hutan. Masing-masing negara yang memiliki kawasan hutan yang luas harus menjamin keutuhan masing-masing wilayah hutannya. Selain itu, diaktifkannya Forum Delapan Negara yang Memiliki Hutan Tropis, dengan anggotanya Brasil, Malaysia, Papua Nugini, Gabon, Kamerun, dan Kosta Rika karena selama ini belum ada gerakan diplomatik yang menghubungkan negara-negara yang memiliki hutan tropis. Keputusan yang lain adalah harus adanya investasi dari negara-negara maju bagi pengembangan penghijauan hutan dan lahan di negara-negara berkembang terutama yang memiliki potensi kehutanan. Sebagai contoh, negara maju penghasil emisi karbon terbesar berkewajiban memberikan kompensasi atas upaya penyelamatan hutan di negara berkembang dengan mekanisme pola clean development mechanism (CDM). Untuk diketahui, Indonesia sendiri dalam Konfrensi ini akan menampilkan upaya perbaikan hutan yang saat ini telah dilakukan di lahan Perum Perhutani di Banyuwangi. Diharapkan hasil dari konfrensi ini benar-benar memberikan dampak positif bagi kesinambungan kehidupan manusia di muka bumi ini.

Tidak ada komentar: